Pengorbanan Ibu Buta Kepada Anaknya
Idebisnisanda - Kasih
ibu sepanjang masa kasih ayah sepanjang jalan. Mungkin ada yang pernah
mendegar kalimat tersebut. Seorang ibu sejati pasti rela melakukan apa saja dan
berkorban segalanya untuk seorang yang disebut…ANAK. Kisah berikut bisa menjadi
inspirasi bagaimana pengorbanan seorang ibu. Alkisah, Seorang ibu yang mempunyai mata buta sebelah,
ini membuat anaknya merasa sangat malu dan risih. Terlebih lagi, pekerjaan yang
sang ibu yang menjadi tukang masak disamping sekolahnya. Meskipun pekerjaan ini
dilakukannya demi untuk menghidupi keluarga, namun sang anak tetap merasa malu.
Suatu
ketika, sang ibu masuk kelas sang anak dan mengucapkan salam pada anak
tersebut. Namun kejadian itu membuat anaknya jengkel. Sang anak malah
mengabaikan ibunya dan berlalu keluar kelas dengan wajah merengut.
Keesokan
harinya, salah seorang teman anak tersebut berseloroh, "Hei, ibumu yang
matanya buta sebelah itu ya?”.
Kontan
saja, si anak merasa limbung dan ingin kabur dari situ. Sang anak merasa ingin
ibunya lenyap saja dari kehidupannya. Pada hari itu juga dia melabrak ibunya
dengan wajah galak. Dengan tega dia mengatakan, "Jika ibu ingin membuatku
jadi sasaran olok-olok dan tertawaan, mengapa ibu tidak mati saja!".
Sang
ibu tidak bereaksi sama sekali mendengar makian sang anak. Sang anak tidak
sempat berpikir panjang dengan segala ucapannya. Dia dipenuhi kemarahan dan
kejengkelan yang teramat sangat. Dia tidak peduli dengan perasaannya dan memang
tidak ingin peduli. Yang ada dibenaknya adalah ingin pergi dari rumah dan jauh
dari ibunya.
Sejak
kejadian itu, sang anak semakin giat belajar agar dapat pergi ke Singapura.
Usahanya pun membuahkan hasil. Dia berangkat ke Singapura untuk melanjutkan
studinya. Di negeri tetangga tersebut, ia menikah, memiliki anak dan membeli
rumah. Ia merasa bahagia dengan kehidupannya dan apa yang telah mampu
diraihnya.
Suatu
hari, sang ibu datang ke Singapura mengunjungi si anak. Padahal mereka lama
tidak pernah bersua bersama, terlebih dengan cucu-cucunya. Ketika sang ibu
berdiri diambang pintu, para cucunya justru menertawakannya. Tanpa
memperdulikan perasaan ibunya, sang anak justru membentak dan mengusirnya,
"Hei, mengapa kau kemari?!. Kamu hanya menakuti anak anakku saja, pergi
saja!!".
Melihat
sikap anak tersebut, sang ibu berkata, "Maaf, ternyata saya salah
alamat". Setelah itu, sang ibu pergi dan tidak terlihat lagi.
Beberapa
saat kemudian, sebuah undangan reuni diantar kerumah si anak tersebut. Diapun
bersiasat dengan membuat cerita fiktif kepada isterinya bahwa ia ada perjalanan
dinas keluar kota. Sebagai formalitas, setelah mengikuti reuni, sang anak
menyempatkan diri singgah ke rumah yang dulu pernah dia tinggali bersama
ibunya.
Sesampainya
disana, dia mendapat kabar dari tetangga bahwa ibunya telah tiada. Berita
kepergian ibunya ternyata berlalu begitu saja tanpa duka yang mendalam di hati
sang anak. Setetes air mata pun tidak menetes dari indera penglihatannya
tersebut.
Tetangga
tersebut memberi sepucuk surat kepada sang anak. Sang ibu menitipkan surat
tersebut kepada tetangga sebelum ia meninggal. Perlahan. surat itu dibuka dan
dibaca baris per baris didalamnya :
Anakku
yang tercinta, ibu sudah perkirakan ini sejak semula. Maafkan ibu yang telah
datang ke Singapura dan membuat anak-anakmu, cucu-cucu ibu menjadi takut. Saat
mendengarmu reuni, ibu sangat bahagia. Tapi nak, ibu tidak mampu beranjak dari
tempat tidur untuk menemui mu.....maafkan ibu.....Karena ibu, kamu berulang
kali menjadi malu dan jijik.
Tidakkah
kamu tahu, Nak......saat kamu masih kecil dulu, kamu mengalami kecelakaan
hingga harus kehilangan satu matamu. Sebagai orang yang telah melahirkanmu, ibu
tidak sanggup membiarkanmu, jantung hati ibu, tumbuh hanya dengan satu
mata....Karenanya, ibu berikan sebuah mata ibu untukmu. Ibu sangat bahagia
karana buah hatiku dapat melihat alam ini dengan mataku sendiri. Kuberikan
dengan cinta, Nak...Hanya untuk mu..."
Semoga
kisah ini bisa menjadi pelajaran bahwa seorang anak kadang tidak mengetahui dan
merasa pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya begitu besar. Penyesalan selalu
datang terlambat, jangan sampai kita semua harus merasakannya. Bukan harta dan
sanjungan yang ingin diperoleh seorang ibu dari anaknya melainkan sebuah
perhatian yang tulus.