gtag('config', 'G-K1LNF7F02J'); Pengorbanan Ibu Buta Kepada Anaknya - IDEBISNISANDA

Pengorbanan Ibu Buta Kepada Anaknya

kisah pengorbanan ibu buta kepada anaknya bisa menjadi motivasi agar kita menjadi anak yang berbakti dan mengingat semua pengorbanan orang tua

 

Pengorbanan Ibu Buta Kepada Anaknya

Idebisnisanda Kasih ibu sepanjang masa kasih ayah sepanjang jalan. Mungkin ada yang pernah mendegar kalimat tersebut. Seorang ibu sejati pasti rela melakukan apa saja dan berkorban segalanya untuk seorang yang disebut…ANAK. Kisah berikut bisa menjadi inspirasi bagaimana pengorbanan seorang  ibu. Alkisah,  Seorang ibu yang mempunyai mata buta sebelah, ini membuat anaknya merasa sangat malu dan risih. Terlebih lagi, pekerjaan yang sang ibu yang menjadi tukang masak disamping sekolahnya. Meskipun pekerjaan ini dilakukannya demi untuk menghidupi keluarga, namun sang anak tetap merasa malu.

Suatu ketika, sang ibu masuk kelas sang anak dan mengucapkan salam pada anak tersebut. Namun kejadian itu membuat anaknya jengkel. Sang anak malah mengabaikan ibunya dan berlalu keluar kelas dengan wajah merengut.

Keesokan harinya, salah seorang teman anak tersebut berseloroh, "Hei, ibumu yang matanya buta sebelah itu ya?”.

Kontan saja, si anak merasa limbung dan ingin kabur dari situ. Sang anak merasa ingin ibunya lenyap saja dari kehidupannya. Pada hari itu juga dia melabrak ibunya dengan wajah galak. Dengan tega dia mengatakan, "Jika ibu ingin membuatku jadi sasaran olok-olok dan tertawaan, mengapa ibu tidak mati saja!".

Sang ibu tidak bereaksi sama sekali mendengar makian sang anak. Sang anak tidak sempat berpikir panjang dengan segala ucapannya. Dia dipenuhi kemarahan dan kejengkelan yang teramat sangat. Dia tidak peduli dengan perasaannya dan memang tidak ingin peduli. Yang ada dibenaknya adalah ingin pergi dari rumah dan jauh dari ibunya.

Sejak kejadian itu, sang anak semakin giat belajar agar dapat pergi ke Singapura. Usahanya pun membuahkan hasil. Dia berangkat ke Singapura untuk melanjutkan studinya. Di negeri tetangga tersebut, ia menikah, memiliki anak dan membeli rumah. Ia merasa bahagia dengan kehidupannya dan apa yang telah mampu diraihnya.

Suatu hari, sang ibu datang ke Singapura mengunjungi si anak. Padahal mereka lama tidak pernah bersua bersama, terlebih dengan cucu-cucunya. Ketika sang ibu berdiri diambang pintu, para cucunya justru menertawakannya. Tanpa memperdulikan perasaan ibunya, sang anak justru membentak dan mengusirnya, "Hei, mengapa kau kemari?!. Kamu hanya menakuti anak anakku saja, pergi saja!!".

Melihat sikap anak tersebut, sang ibu berkata, "Maaf, ternyata saya salah alamat". Setelah itu, sang ibu pergi dan tidak terlihat lagi.

Beberapa saat kemudian, sebuah undangan reuni diantar kerumah si anak tersebut. Diapun bersiasat dengan membuat cerita fiktif kepada isterinya bahwa ia ada perjalanan dinas keluar kota. Sebagai formalitas, setelah mengikuti reuni, sang anak menyempatkan diri singgah ke rumah yang dulu pernah dia tinggali bersama ibunya.

Sesampainya disana, dia mendapat kabar dari tetangga bahwa ibunya telah tiada. Berita kepergian ibunya ternyata berlalu begitu saja tanpa duka yang mendalam di hati sang anak. Setetes air mata pun tidak menetes dari indera penglihatannya tersebut.

Tetangga tersebut memberi sepucuk surat kepada sang anak. Sang ibu menitipkan surat tersebut kepada tetangga sebelum ia meninggal. Perlahan. surat itu dibuka dan dibaca baris per baris didalamnya :

Anakku yang tercinta, ibu sudah perkirakan ini sejak semula. Maafkan ibu yang telah datang ke Singapura dan membuat anak-anakmu, cucu-cucu ibu menjadi takut. Saat mendengarmu reuni, ibu sangat bahagia. Tapi nak, ibu tidak mampu beranjak dari tempat tidur untuk menemui mu.....maafkan ibu.....Karena ibu, kamu berulang kali menjadi malu dan jijik.

Tidakkah kamu tahu, Nak......saat kamu masih kecil dulu, kamu mengalami kecelakaan hingga harus kehilangan satu matamu. Sebagai orang yang telah melahirkanmu, ibu tidak sanggup membiarkanmu, jantung hati ibu, tumbuh hanya dengan satu mata....Karenanya, ibu berikan sebuah mata ibu untukmu. Ibu sangat bahagia karana buah hatiku dapat melihat alam ini dengan mataku sendiri. Kuberikan dengan cinta, Nak...Hanya untuk mu..."

Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran bahwa seorang anak kadang tidak mengetahui dan merasa pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya begitu besar. Penyesalan selalu datang terlambat, jangan sampai kita semua harus merasakannya. Bukan harta dan sanjungan yang ingin diperoleh seorang ibu dari anaknya melainkan sebuah perhatian yang tulus.

LihatTutupKomentar